avatar

Jejak Wisata Sejarah

Invention

Relief

Dinding pipi tangga dihiasi dengan beberapa panil berpahat yang menggambarkan berbagai cerita yang mengandung ajaran Buddha (relief-relief cerita Pañcatantra dan Jataka). Pañcatantra adalah sebuah karya sastra dunia yang berasal dari Kashmir, India dan ditulis pada abad-abad pertama Masehi.

Pañcatantra ini mengisahkan seorang brahmana bernama Wisnusarma yang mengajari tiga pangeran putra Prabu Amarasakti mengenai kebijaksanaan duniawi dan kehidupan, atau secara lebih spesifik disebut ilmu politik atau ilmu ketatanegaraan. Ilmu pelajarannya terdiri atas lima buku, itulah sebabnya disebut Pañcatantra yang secara harfiah berarti “lima ajaran”. Lima bagian ini merupakan lima aspek yang berbeda dari ajaran sang brahmana ini. Bagian-bagian tersebut di dalam buku bahasa Sanskerta yang berjudulkan Tantrakhy?yika dan dianggap sebagai Pañcatantra yang tertua, adalah sebagai berikut:

  1. Mitrabheda (Perbedaan Teman-Teman)
  2. Mitrapr?pti (Datangnya Teman-Teman)
  3. K?kol?k?ya (Peperangan dan Perdamaian)
  4. Labdhan??a (Kehilangan Keberuntungan)
  5. Apar?k?itak?ritwa (Tindakan yang Tergesa-Gesa )

Ciri khas Pañcatantra ini terutama ialah bahwa ceritanya dikisahkan dalam bentuk cerita bingkai dan banyak mengandung fabel–fabel. Cerita bingkai ini juga disebut dengan istilah kath?mukha dan cerita-ceritanya semua dirangkai menjadi satu dengan yang lain. Setelah setiap cerita yang biasanya dalam bentuk prosa, moral cerita diringkas dalam bentuk seloka. Cerita-cerita fabel Pañcatantra banyak yang berdasarkan cerita-cerita jataka.

Hiasan relief-relief pada Candi Mendut merupakan cerita berupa ajaran moral dengan menggunakan tokoh-tokoh binatang sebagai pemerannya. Terdapat 31 buah panel yang memuat relief cerita pada bagian dasar tubuh candi, di antaranya relief cerita “Brahmana dan Kepiting”, “Angsa dan Kura-Kura”, “Dua Burung Betet yang berbeda” dan “Dharmabuddhi dan Dustabuddhi”.

Relief Brahmana dan Kepiting menceritakan seorang brahmana yang menyelamatkan seekor kepiting. Kepiting ini kemudian membalas budi dengan menyelamatkan brahmana dari gangguan gagak dan ular.

Relief Angsa dan Kura-kura tentang seekor kura-kura yang diterbangkan dua ekor angsa ke danau. Namun kura-kura ini merasa tersinggung dengan ucapan angsa. Kura-kura melepas gigitannya sehingga jatuh ke tanah dan mati.

Dharmabuddhi dan Dustabuddhi bercerita tentang dua orang sahabat yang berbeda kelakuannya. Dustabuddhi memiliki sifat tercela suka menuduh Dharmabuddhi melakukan perbuatan tercela, namun akhirnya kejahatannya terbongkar dan Dustabuddhi pun dijatuhi hukuman. Relief terakhir bercerita tentang kelakuan dua burung betet yang sangat berbeda karena satunya dibesarkan oleh brahmana dan satunya lagi oleh seorang penyamun.

Relief pada tubuh Candi Mendut dapat dilihat secara pradaksina (berjalan searah jarum jam), terdiri dari relief jajaran dewa yang dikenal dengan Garbhadatu Mandala dari agama Buddha aliranTantrayana, yaitu:

  1. Boddhisattva Avalokiteswara
  2. Boddhisattva Maitreya
  3. Boddhisattva devi Cunda di antara tokoh-tokoh Buddha
  4. Boddhisattva Ksitigarbha
  5. Boddhisattva Samantabhadra
  6. Boddhisattva Mahakarunika Avalokitesvara di antaratokoh-tokoh Buddha

Pada bagian di depan pintu masuk dijumpai penampil candi. Bagian penampil candi memiliki pahatan relief cerita yang posisinya berada persis di kanan dan kiri pintu masuk menuju ruang utama candi. Dinding dalam bilik penampil dihiasi dengan relief Kuwera atau Avataka dan relief Hariti. Relief Kuwera terpahat di dinding utara, relief Hariti terpahat di dinding selatan.

Arca

Di dalam bilik candi terdapat tiga arca Buddha yaitu arca Cakyamuni dengan posisi duduk bersila bersikap sedang melakukan khotbah, arca Avalokitesvara sebagai bodhisattva penolong manusia, dan arca Maitreya sebagai Bodhisatva pembebas manusia kelak di kemudian hari.

Stupa

Berdasarkan draft rekonstruksi, atap candi mendut terdapat stupa-stupa berjumlah 48 buah, yang terdiri dari 24 buah pada tingkat pertama, 16 buah pada tingkat kedua, dan 8 buah pada bagian teratas. Hingga kini bagian atap candi ini tidak sempurna seluruhnya. Terdapat pula bentuk-bentuk stupa memanjang ke atas seperti silinder. Namun stupa-stupa ini masih direkonstruksi di sebelah utara Candi Mendut dan belum dapat dipasang pada candi.

Jaladwara

Di beberapa tempat di sepanjang dinding luar langkan terdapat jaladwara atau saluran untuk membuang air dari selasar. Jaladwara terdapat di kebanyakan candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Jaladwara di Candi Mendut lebih ramping dan lebih kecil dibandingkan dengan jaladwara pada Candi Borobudur.