Kiai Saleh Darat adalah Muhammad Saleh bin Umar. Ayahnya, Kiai Umar, adalah seorang pejuang dan orang kepercayaan Pangeran Diponegoro untuk wilayah Jawa bagian utara, khususnya Semarang, di samping Kiai Syada’ dan Kiai Murtadlo (Masyhuri, 2008: 66). Muhammad Saleh lahir pada sekitar 1820 (Ulum, 2016: 36). Mengenai tempat lahirnya, terdapat tiga versi. Versi pertama menyatakan bahwa ia lahir di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Jepara (H.S. dan El-Seha, 2004: 137). Versi kedua menyatakan ia lahir di Desa Bangsri, Jepara (Masyhuri, 2008: 66), sedangkan versi ketiga, berdasar pada kitab Tafsir al-Faidh al-Rahman f? Tarjamah Kal?m M?lik al-Dayyan menyebutkan, bahwa ia dilahirkan di Semarang (Al-Samarani, 1311 H.: 2).

 

Gambar 20. Gerbang makam Kiai Saleh Darat

(Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2024)

 

Sebagai anak yang lahir dari keluarga santri, masa remaja Muhammad Saleh diisi dengan belajar kepada beberapa kiai di Jawa, seperti Kiai Syahid di Margoyoso Pati, Kiai Raden Haji Muhammad Saleh bin Asnawi di Kudus, Kiai Ishaq Damaran di Semarang, Kiai Ahmad Nur Sepaton di Semarang, Syekh Ahmad Bafaqih Ba'alawi di Semarang, dan Syekh Abdul Ghani dari Bima ketika di Semarang (Al-Samarani, 1317 H: 274-277). Setelah belajar pada beberapa ulama di Jawa, ia mengikuti ayahnya ke Makkah. Di Makkah, ia belajar pada beberapa tokoh, seperti Syekh Zaini Dahlan yang menjadikannya simpul penting jaringan ulama Jawa-Haramain, terutama dalam mazhab Syafii (Masyhuri, 2008: 71). Setelah selesai belajar dan mengajar di Makkah, ia pulang kembali ke Jawa. Kepulangannya itu atas desakan dari Kiai Hadi dari Girikusumo, pendiri Pondok Pesantren Ki Ageng Girikusumo Mranggen Demak, yang merasa bahwa potensi Kiai Muhammad Saleh harus dimanfaatkan untuk pengajaran Islam di Jawa (Masyhuri, 2008: 73). Setelah kembali ke Jawa, ia menikah dan mengasuh sebuah pesantren di wilayah Darat, Semarang pada 1870. Dari nama Kampung Darat itulah, nama “darat” tersemat di belakang namanya. Wilayah Kampung Darat merujuk pada sebuah desa di Semarang bernama Dipah Darat yang saat ini berada di Jalan Kakap Darat Tirto 212, Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang (lihat Dzahir, 2012: 5). 

 

Gambar 21. Masjid Saleh Darat di Jalan Kakap Darat 212, Dadapsari, Semarang  

(Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2024)

Kiai Saleh Darat adalah ulama yang produktif menulis kitab. Setidaknya, terdapat 14 judul kitab yang ia tulis dalam tiga disiplin ilmu, yaitu tauhid (teologi), fikih (hukum Islam), dan tasawuf (sufisme). Salah satu yang monumental adalah sebuah karya tafsir Alquran berjudul Tafsir Faidh al-Rahman f? Tarjamah Tafsir Kalam al-M?lik al-Dayy?n (kitab tafsir Alquran) (Al-Samarani, 1311 H). Tafsir ini, ia tulis dan ia persembahakan sebagai kado pernikahan muridnya, R.A. Kartini. Tafsir karya Kiai Saleh Darat menjadi tafsir Alquran pertama berbahasa Jawa dan menjadi model tafsir serupa pada masa-masa berikutnya (Hakim, 2016: 176). Selain R.A. Kartini, Kiai Saleh Darat adalah guru dari beberapa tokoh ulama di Jawa, di antaranya adalah dua tokoh penting, yaitu Kiai Hasyim Asy’ari dari Jombang yang mendirikan Nahdlatul Ulama dan Kiai Ahmad Dahlan dari Yogyakarta yang mendirikan Muhammadiyah. Beberapa murid lain Kiai Saleh Darat, juga mendirikan pesantren dan membuka pengajaran Islam, seperti Kiai Sahli dari Kauman Semarang, Kiai Dahlan dari Watucongol Magelang, Kiai Dimyati dari Termas Pacitan, Kiai Khalil dari Rembang, Kiai Munawir dari Krapyak Yogyakarta, dan Kiai Tafsir Anom penghulu Kraton Surakarta (Masyhuri, 2008: 77-78). Kiai Saleh Darat meninggal pada 18 Desember 1903 pada usia 83 tahun dan dimakamkan di kompleks pemakaman Bergota, Semarang. Makamnya menjadi salah satu tujuan ziarah masyarakat muslim tidak hanya dari Semarang, tetapi juga dari luar Semarang. Meskipun ia meninggal pada Ramadhan, sesuai kesepakatan keluarga dan tokoh-tokoh di Semarang, haul (upacara hari kematian) Kiai Saleh Darat diselenggarakan tiap 10 Syawal dan menjadi agenda rutin Kota Semarang (Ulum, 2016: 48-57). 

 

Gambar 22. Makam Kiai Saleh Darat di Kompleks Pemakaman Bergota

(Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2024)

 

 

Gambar 23. Pendopo Makam Kiai Saleh Darat yang megah

(Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2024)